Let's say SIAMMO TUTTI FRATELLI

  • RSS
  • Skype
  • Facebook
  • Yahoo

Archive for September 2012

9c SMP 2 Ngaglik
Dimana Kalian Alumni 9c 2 Ngaglik?

Anti Rokok
Anti Rokok

Diklat PMR Makrab KBPL
Diklat PMR Makrab KBPL

"Berkunjung ke panti rehabilitasi narkoba kerap memberikan pengalaman tersendiri. Begitu yang dialami siswa-siswi sekolah kejuruan di kabupaten Sleman. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, Switzy Sabandar."

Ada nuansa yang berbeda ketika menengok pemandangan di sebuah rumah mirip asrama yang berlokasi di Nandan, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Minggu  (2/9). Suasana sepi yang biasanya mendominasi keseharian bangunan itu seketika berubah drastis dengan kehadiran ratusan siswa salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Di Sleman. Setelah tampak memenuhi sebuah ruang pertemuan sejak pukul 08.00 WIB dengan pembicaraan yang interaktif, mereka berjalan keluar ruangan, membentuk kelompok kelompok kecil dan terlihat asyik berkasak-kusuk sembari sesekali derai tawa bergaung dari tempat mereka berdiri.

GIANTS CARE DAY

Siswa-Siswi SMKN 2 Depok dan Resident Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan membentuk kelompok untuk mempersiapkan permainan beregu dalam kegiatan bertajuk GIANTS Care Day di Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan, Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Minggu  (2/9).
Gambaran itu muncul ketika GIANTS, sebuah ekstrakulikuler yang terdapat di SMKN II Depok, mengunjungi Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan Karitas yang menangani ketergantungan terhadap obat obat-obatan terlarang dengan program perubahan perilaku. Kegiatan siswa yang bergerak di kepedulian erhadap pecandu obat obatan terlarang itu memiliki tujuan mulia dan sederhana. Menghapus stigma negative yang seolah sudah tertera di dahi tiap junkie – istilah popular yang kerap kali digunakan untuk menyebut pengguna narkoba – sekaligus mendekakan murid kepada narkoba, bukan untuk dikonsumsi melainkan dipahami efek buruk bagi tubuh.

Informasi yang diperoleh pun tidak tanggung-tanggung. Bukan melalui cerita banyak orang melainkan langsung berbagi kisah dengan para resident [ sebutan untuk pecandu narkoba yang tengah menjalani proses rehabilitasi dan menetap dip anti]. Beberapa permainan beregu, seperti balon estafet, jarum estafet, serta pesawat dan meteor, disiapkan untuk mengakrabkan dan menghapus batas antara siswa dan resident.
 
“Awalnya sempat deg-degan ketika membayangkan akan bertemu dengan pecandu sebelum tiba dip anti,” ungkap Ozy Dwi Saputra, salah satu siswa kelas X SMKN 2 Depok yang mengikuti kegiatan bertajuk GIANTS Care Day kepada Harian Jogja.

Selama ini, lanjut dia, dalam benaknya seorang junkie adalah sosok yang sangar dan menyeramkan seperti yang pernah dibacanya dalam beberapa buku dan didengarnya dari orang lain. Laki-laki berusia 15 tahun ini mengatakan, asumsinya mengenai pecandu obat-obatan terlarang seketika berubah setelah bertemu dengan teman-teman resident Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan. “Ternyata sama seperti kita-kita, mereka hangat dan bersahabat,” tukas siswa jurusan Teknik Pengolahan Migas dan Petrokimia yang mengaku baru pertama kali ini berhadapan dengan junkies.
  
Hal senada juga diutarakan Dwi Retno Hapsari, pesrta GIANTS Care Day lainnya, yang awalnya menganggap pecandu narkba sulit diajak berkomunikasi karena sifatnya yyang impulsive. “Tapi jelas pendapat tersebut patah dengan acara hari ini, mereka baik karena bisa  diajak sharing dan terbuka sehingga member gambaran pada saya  seluk beluk narkoba ,“ terang siswi kelas X jurusan Kimia Analisis ini.  Retno berharap melalui kegiatan ini, dapat menambah wawasan serta menjadi benteng baginya dan teman-teman untuk tidak bermain api dengan narkoba.

Tanggapan positif atas kedatangan siswa sekolah itu juga dilontarkan Pipo, salah satu residen Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan Karitas. Menurut laki laki yang sudah dua kali bolak balik rehabilitasi ini mengenalkan bahaya narkoba sejak dini dapat menjadi pertahanan bagi anak muda untuk tidak terjerumus seperti yang telah ia alami. “Terus terang saya tidak pernah tahu secara detail bahaya narkoba, sampai saya direhabilitasi,” tuturnya. Tanpa canggung, laki-laki kelhiran 28 tahun silam ini pun menuturkan, masuk rehabilitasi ditempuhnya untuk bisa keluar dari jeratan narkoba. Pengguna putaw sejak 2007 ini, tidak menampik untuk keluar dari kecanduan, selain niat dai diri sendiri, lingkungan tempat tinggal juga harus mendukung. Kegagalannya tahun lalu pasca rehabilitasi pertama setahun lalu disebabkan ia bertemu kembali dengan komunitas lama di ibukota yang mengenalkannya pada barang barang tersebut. Rencananya, setelah keluar dari reabilitasi yang kedua, laki laki lajang ini berencana untuk hijrah ke Jogja.
  
Agustinus Murgianta, konselor adiksi Panti Rehabilitasi KUNCI Bruderan Karitas, membenarkan banyaknya kunjungan yang dilakukan pihak luar untuk berkunjung ke dalam panti untuk berinteraksi dengan resident dapat mengikis stigma negative tentang junkie. “Misal kebanyakan orang tua berpesan kepada anaknya untuk tidak bergaul dengan pecandu karena takut tertular,” ujarnya. Padahal, sambung dia, perilaku seperti itu justru memberi batas pergaulan junkie dengan masyarakat, sehingga ketika junkie tersebut sudah sembuh dan kembai ke masyarakat justru tidak mendapat dukungan. 

(dikutip dari Harian Jugaja, Senin, 3 September 2012, hal 1)

Diberdayakan oleh Blogger.